Penyair (3)

By Kurniawan Junaedhie

Menjadi penyair itu mudah

Menjadi manusia yang susah

Di atas kloset di sebuah vila di Ciawi, 31 Sept 2010
—————————————————————-

Kurniawan Junaedhie. Karya-karyanya sering ditemui di media lain dan situs pertemanan. Saat ini tinggal di Singapore.

Berani Meski Tak Benar

Puisi Saut Poltak Tambunan

Garuda PancasilaSekolahku Sekolah Rakyat biasa di kaki bukit dekat Danau Toba,
di kelas dua kami masih saja belajar membaca dan pelajaran berhitung pun baru sampai di perkalian tiga

Belebas panjang beringas di tangan Encik Guru menyimpan ratusan sidik betis turun temurun sejak zaman Namboruku, membesut anak-anak kampung ke kursi tinggi empuk berlapis beledru

Kata Encik benderaku sang dwi warna merah putih perlambang berani karena benar,
setiap pagi dan siang kami hormat setegak bisa sambil menggegap Indonesia Raya dan Garuda Panca Sila (yang belakangan kutahu tak benar syairnya)*.

Read more of this post

Sebuah Tanda

By Kembara Gelungan Hitam

terpikatini hari kesekian, hati enggan terpikat. hanya kelabu menata langit kuyu. tak kudapati sejuknya wajahmu di sisi kanan. juga tak ada wangi tubuhmu di antara sprei biru yang kian ungu. kamar pengantin beku. tak kudapati teduhnya matamu saat kubutuh jawaban tentang gundah, gelisah. tak kudapati kejujuran dari bening hitam matamu.

masih pagi yang sama dengan gerimis di beranda. menyisakan rona kecoklatan di lantai yang landai. bercak beraroma tanah basah tersimbah hujan. jika kering mudah tuk disingkirkan. lembabnya menciptakan jejak tak beraturan, pada kali kesekian.

mungkin sibuk jadi alasan meniadakan bahasa. bergeming pada keangkuhan masingmasing. diammu, dianku. hanya sekeping ego yang kau bawa di saku baju kerja. tapi sungguh! hanya haru dan luruh menatap kelelahan bahu. asin dan getir terbawa bersama peluh. hingga lenguh memahami arti sendiri.

jejak sepanjang jalan kau kembali penuh lumpur dan duri. adakah memiliki arti untukmu, untukku?

Read more of this post

Jakarta Di Mata Seorang Pendatang

By Ariana Arin


Ketika pertama kali aku menginjakkan kakiku di Jakarta
Aku sempat dibuatnya terheran-heran dan terkagum-kagum
Betapa tidak, dimana-mana terlihat gedung-gedung tinggi
Kerlap kerlip lampu jalanan dan mobil yang membuat silau mataku

Dengan bermodalkan selembar ijasah
yang kuperoleh dengan penuh tetesan keringat
Kulangkahkan kakiku dengan penuh semangat
dari satu gedung ke gedung lainnya

Read more of this post

Catatan Tengah Malam

By Vhieckqy Zulkifly Rauf

Waktu terus berdetak merayap-rayap senja tadi hingga terbentang malam..
Larut dalam sepi bertemankan imaji yang tergali dari sum-sum otakku..
Berfikir.. ya, sejenak aku merenung dan bertanya pada bayang-bayang..
Sedikit terlintas kadang kurampas, merasa tak selaras maka ku hempas..
Lagi-lagi penaku mengayun mengikuti irama batin ini..
Inilah catatan malam..

Read more of this post

Negri Entah Tak Bertuan…

By Ira Ginda

heiy.. sosok bangku tegak tak duduk…
tetap sapa sesiapa yang tunjuk menunjuk
tubuh kokoh mu lurus tak berbentuk
tiga kurawa berbalik searah telunjuk
terbisanya hanya dengan mengutuk
cakrawibawamu tak pernah tunduk

heiy.. raga rumput teki tak bernurani
kemanakan jejak sejarah ranah negri kami
gonggongan anjing dikebiri pun kan mati
makan memakan rusuk basa basi hati
rebutan umpan busuk cacing pita babi

badut dasi berjas resmi tetaplah badut
dengan riasan mimik tebal pun akut
mereka tak pernah takut akan maut
walau kelakuan cuma sedikit yang patut
ketokan palu pertanda manut tuk ikut
perjamuan lingerie sampai giro tersangkut
cagar budaya harta milik pun terangkut
pundi-pundi agroekonomi pun habis dan bangkrut

Read more of this post

Surat Terbuka Buat Sahabatku: Kekasih Langit

By Mayoko Aiko

Sahabatku: Kekasih Langit…

Aku mengenalmu, jauh sebelum mereka mengenalmu…
Aku mengenalmu, bahkan saat matahari pagi belum sempat menghangatkan hatimu…
Aku mengenalmu saat kau menyaksikan hancurnya kerikil menjadi debu-debu yang halus…
Aku menyaksikanmu saat kau menyaksikan, gunung-gunung batu terempas oleh lembutnya tiupan angin…

Kamu adalah penyaksi, tentang derita
Karena kamu adalah derita itu sendiri…

Sahabatku: Kekasih Langit…

Bukankah hidup adalah pemaknaan,
pemaknaan tentang: bagaimana kita berguna buat diri kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita dan orang-orang di sekitar kita?

Read more of this post

Pejabat Tinggi Terpilih

By Vhieckqy Zulkifly Rauf

janji janjiuntukmu yang terposisi

apakah tertampung liurmu disini
di tanah pertiwi

kau berkata lantang
demi kekuasaan, wewenang dan peluang
untuk tingkatkan status sosial, ekonomi, dan martabat tanpa terbelakang

apakah benar jika kami bertanya kembali
tentang apa itu konsekwensi?!
teramat sayang jika kau tak peduli

hari demi hari kami tersuguhkan
ramainya berita pemilihan
terlantiknya para pengemban
amanat rakyat
dan kamilah rakyat
yang kerap kau lumat
usai kau puas menjilat

Read more of this post

Katakan..

By Istiqomah Ummu Faradina

gelombang hidupjika kau meminta
baik, baik akan kulakukan
tapi jika angin bertiup, laut menggelombang membawa kami
sama-sama terdampar ke tepian
atau tergulung ke tengah lautan
katakan: bagaimana harus berenang?
atau terbang?
sedang padaku jelas kau tahu
tak ada sayap atau sirip

dunia terlalu sempit untuk sembunyi
jika di satu waktu
kami terpaksa bertemu
haruskah kusembunyikan muka
di liang semut atau di sebalik akar lumut
menitipkan gelakku pada burung gagak
dan berharap ia menerbangkan serupa kabar kematian
yang telah kau tuliskan pada nisan cinta
bernama kesetiaan

Read more of this post

Puisi-puisi Lies Soca

kepada adinda
: dina indriani

fajarluput mengalungkan peluk
di awal harimu berseragam abu-abu
adalah hangusnya hari ini
ku sebagai fajar di ufuk timurmu

maaf, semalam Yunda terendam
dalam kubang malam tuna netra

duhai Mayangku…..
suntingan mashlahat

tumbuh pesatlah di jalan merdeka
di depanku

Yunda akan pangling
kalbumu mengandung benih-benih kesuburan
tertanam di setiap hati
jalan pandir dan munkar insyaf
Ayah-Bunda berhak bersemi

————

ta’aruf dengan insomnia

malam…
jangan pernah menjadi perempuan
aku ingin mencintaimu
sebab dia tak layak

————

Tekad rindu pada pengarungan nasib

bangun tidur aku berjanji pada pintu dan jendelamu
takkan mengetuknya lagi
karena rinduku saja
yang datang menumpangi angin
mengusap dan mendekapmu hingga menggigil
mustahil kau sanggup mengusir

————
Yogyakarta, 12 Juli 2009

Lies Soca. Tinggal di Yogyakarta, Sarjana Ilmu Komunikasi. Menulis, dengan beberapa karya cerpen dan cerma pernah dimuat di koran Minggu Pagi. Berkesenian; teater, musik, dan film indie. Teater sedang berproses di Teater Tangga UMY, Teater Sua, Teateraphy ISI, dan memulai di Yayasan Bagong Kussudiarjo. Musik sedang berproses di kelompok musik puisi WAJAR AKUSTIK (sebagai vokalis dan penulis syair), dan musik puisi SABU dengan pak Untung Basuki (sebagai vokalis). Film Indie sedang berproses film TOPAN, dan film musical tentang WAJAR AKUSTIK. Masih terus berjuang untuk belajar menulis yang sangat tidak mudah, namun memberi candu..!

(Sumber: kompas.com)