kepada adinda
: dina indriani
luput mengalungkan peluk
di awal harimu berseragam abu-abu
adalah hangusnya hari ini
ku sebagai fajar di ufuk timurmu
maaf, semalam Yunda terendam
dalam kubang malam tuna netra
duhai Mayangku…..
suntingan mashlahat
tumbuh pesatlah di jalan merdeka
di depanku
Yunda akan pangling
kalbumu mengandung benih-benih kesuburan
tertanam di setiap hati
jalan pandir dan munkar insyaf
Ayah-Bunda berhak bersemi
————
ta’aruf dengan insomnia
malam…
jangan pernah menjadi perempuan
aku ingin mencintaimu
sebab dia tak layak
————
Tekad rindu pada pengarungan nasib
bangun tidur aku berjanji pada pintu dan jendelamu
takkan mengetuknya lagi
karena rinduku saja
yang datang menumpangi angin
mengusap dan mendekapmu hingga menggigil
mustahil kau sanggup mengusir
————
Yogyakarta, 12 Juli 2009
Lies Soca. Tinggal di Yogyakarta, Sarjana Ilmu Komunikasi. Menulis, dengan beberapa karya cerpen dan cerma pernah dimuat di koran Minggu Pagi. Berkesenian; teater, musik, dan film indie. Teater sedang berproses di Teater Tangga UMY, Teater Sua, Teateraphy ISI, dan memulai di Yayasan Bagong Kussudiarjo. Musik sedang berproses di kelompok musik puisi WAJAR AKUSTIK (sebagai vokalis dan penulis syair), dan musik puisi SABU dengan pak Untung Basuki (sebagai vokalis). Film Indie sedang berproses film TOPAN, dan film musical tentang WAJAR AKUSTIK. Masih terus berjuang untuk belajar menulis yang sangat tidak mudah, namun memberi candu..!
(Sumber: kompas.com)