Banjir (dan gempa..) itu.. Datang lagi…
October 26, 2010 5 Comments
Lihatlah wajah-wajah letih sepulang jam kerja, ingin segera pulang, tetapi apa daya, hujan ini sungguh membawa perih….. Banjir yang bebas, maksudnya banjir benar-benar bebas hambatan? Jangan-jangan ini bukan banjir.., hanya genangan air…. Seperti yang terlihat kemudian, penduduk Jakarta bebas kering alias kebasahan, nyaris tenggelam, dan derita berjam-jam…
Seperti ditulis di akun twitter seseorang (kompas.com, 26 Oktober 2010), Kris, yang cukup kreatif, ”Jakarta Bebas Banjir. Maksudnya, banjir bebas ke mana saja”.
Jakarta, oohh… Jakarta… Masihkah layak disebut ibukota negeri?
Derita banjir di ibukota, sementara derita lain di kawasan negeri ini, Indonesia bagian Barat, tepatnya pantai Barat Sumatera, seperti diberitakan pada situs kompas.com, 25 Oktober 2010 kali kota Padang, Sumatera Barat kembali diguncang gempa berkekuatan 7.2 SR pada pukul 21.42 wib berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).Tampaknya penduduk di wilayah Indonesia yang satu ini masih perlu bersabar akan derita guncangan gempa. Gempa Sumbar pada tanggal 30 September 2009 lalu dengan kekuatan SR (Skala Richter) 7.6, rupanya bukanlah menjadi derita yang berakhir…
Gempa ini berdampak nyata dan memberi rasa khawatir bagi penduduk mengingat peringatan dari BMKG bahwa gempa ini berpotensi tsunami, dengan lokasi gempa berada di 78 km barat daya Pagai Selatan Mentawai, Sumatera Barat, dengan kedalaman 10 km. Lebih repotnya lagi bagi penduduk Mentawai, mereka kembali mengalami gempa susulan pada pukul 22.21 wib berkekuatan 5,5 skala Richter.
Walau kemudian berita tsunami diralat oleh BMKG, tetapi kepanikan itu sudah cukup membawa cemas dan tetap berjaga-jaga di lingkungan mereka. Belum ada kerusakan yang terjadi di rumah-rumah penduduk, “Gempanya tidak terlalu terasa, hanya durasinya memang agak lama,” demikian kata seorang penduduk disana.
Bagaimana kita memaknai kejadian alam seperti ini dan kemudian menjadi negeri yang sadar gempa (atau sadar bencana), seperti yang dilakukan pemerintah Jepang melalui sosialisasi pada penduduk negeri mereka.
Kepanikan sudah sewajarnya, tetapi bila sosialisasi diberikan dengan tepat dengan menjelaskan program mitigasi gempa dan bencana (seperti banjir di atas) pada penduduk, sehingga derita dapat dikurangi lebih jauh. Persiapan-persiapan dilakukan dengan baik dan tidak menjadi repot hanya pada saat bencana terjadi, langkah awal selalu dilaksanakan (tentu) dengan peran pemerintah didalamnya.
Persoalannya, seberapa jauh pemerintah peduli dan berperan disana?
(Diolah dari kompas.com, 25/26 Oktober 2010, Foto USGS dan kompas.com)
Artikel Terkait:
1. Gempa 5,8 SR Guncang Gorontalo
2. Bengkulu Hingga Singapura Rasakan Gempa
3. Tiga Jam Hujan, Jakarta Kacau-balau
4. Olala… Jakarta Sudah “Menyiksa”
5. Foke Kehilangan Momen untuk Dikenang
6. Faisal Basri: Foke Tamak Kejar Ambisi
gileeeeee………. gw smpe rumah jam 2 pagi, kagak ade kendaraan….. banjir….. banjir……… hiksss……
Pingback: Bencana itu… Banjir Jakarta, Gempa Padang, Tsunami Mentawai, letusan Merapi… Masih adakah lagi? « Stories From The Road… SFTR
Hemmmm…. Swim aja… gitu aja repot…. Hahaahahaahaha… Just kidding :p
kaLau ga bisa swim mbak, gimana dong…??
[…]although websites we backlink to below are considerably not related to ours, we feel they are actually worth a go through, so have a look[…]…